hok ikut ambe..

Wednesday, February 20, 2013

20 Cara Menguatkan Iman



1. Perbanyaklah menyemak ayat-ayat Al-Quran
Al-Qur’an diturunkan Allah sebagai cahaya dan petunjuk, juga sebagai ubat bagi hati manusia. “Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi ubat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Al-Isra ‘: 82).
Kata Ibnu Qayyim, yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim untuk menyembuhkan hatinya melalui Al-Quran, “Caranya ada dua macam: pertama, engkau harus mengalihkan hatimu dari dunia, lalu engkau harus menempatkannya di akhirat. Kedua, sesudah itu engkau harus menghadapkan semua hatimu kepada pengertian-pengertian Al-Qur’an, memikirkan dan memahami apa yang dimaksudkan dan mengapa ia diturunkan. Engkau harus mengamati semua ayat-ayat-Nya. Jika suatu ayat diturunkan untuk mengobati hati, maka dengan izin Allah hati itu pun akan sembuh. ”
2. Rasakan keagungan Allah seperti yang digambarkan Al-Quran dan Sunnah
Al-Quran dan Sunnah banyak sekali mengungkap keagungan Allah swt. Seorang muslim yang ketika dihadapkan dengan keagungan Allah, hatinya akan bergetar dan jiwanya akan tunduk. Kekhusukan akan hadir mengisi relung-relung hatinya.
Resapi betapa agungnya Allah yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui, yang memiliki nama-nama yang baik (asma’ul husna). Dialah Al-’Azhim, Al-Muhaimin, Al-Jabbar, Al-Mutakabbir, Al-Qawiyyu, Al-Qahhar, Al-Kabiir, Al-Muth’ali. Dia yang menciptakan segala sesuatu dan hanya kepada-Nya lah kita kembali.
Jangan sampai kita termasuk orang yang disebut ayat ini, “Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi dan seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya.” (Az-Zumar: 67)
3. Carilah ilmu syar’i
Sebab, Al-Qur’an berkata, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya ialah orang-orang yang berilmu.” (Fathir: 28). Karenanya, dalamilah ilmu-ilmu yang mengantarkan kita pada rasa takut kepada Allah.
Allah berfirman, “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (Az-Zumar: 9). Orang yang tahu tentang hakikat penciptaan manusia, tahu tentang syariat yang diturunkan oleh Allah sebagai tata cara hidup manusia, dan tahu ke mana tujuan akhir hidup manusia, tentu akan lebih khusyuk hatinya dalam ibadah dan kuat imannya dalam aneka gelombang ujian ketimbang orang yang jahil.
Orang yang tahu tentang apa yang halal dan haram, tentu lebih bisa menjaga diri daripada orang yang tidak tahu. Orang yang tahu bagaiman dahsyatnya siksa neraka, tentu akan lebih khusyuk. Orang yang tidak tahu bagaimana nikmatnya syurga, tentu tidak akan pernah punya rasa rindu untuk meraihnya.
4. Mengikutlah halaqah zikir
Suatu hari Abu Bakar melawat Hanzhalah. “Bagaimana keadaanmu, wahai Hanzhalah?” Hanzhalah menjawab, “Hanzhalah telah berbuat munafik.” Abu Bakar bertanya apa sebabnya. Kata Hanzhalah, “Jika kami berada di sisi Rasulullah saw., Beliau mengingatkan kami tentang neraka dan syurga yang seakan-akan kami bisa melihat dengan mata kepala sendiri. Lalu setelah kami pergi dari sisi Rasulullah saw. kami pun disibukkan oleh urusan isteri, anak-anak, dankehidupan, lalu kami pun banyak lupa. ”
Lantas kedua-duanya mengadukan hal itu kepada Rasulullah saw. Kata Rasulullah, “Demi jiwaku yang ada di dalam genggaman-Nya, andaikata kamu sekalian tetap seperti keadaanmu di sisiku dan di dalam zikir, tentu para malaikat akan menyalami kamu di atas kasurmu dan tatkala kamu dalam perjalanan. Tetapi, wahai Hanzhalah, sa’atah, sa’atan, sa’atan. “(Shahih Muslim no. 2750)
Begitulah majlis zikir. Bisa menambah berat iman kita. Makanya para sahabat sangat bersemangat mengadakan pertemuan halaqah dzikir. “Duduklah besama kami untuk mengimani hari kiamat,” begitu ajak Muadz bin Jabal. Di halaqah itu, kita boleh melaksanakan hal-hal yang diwajibkan Allah kepada kita, membaca Al-Quran, membaca hadis, atau mengkaji ilmu pengetahuan lainnya.
5. Perbanyaklah amal soleh
Suatu ketika Rasulullah saw. bertanya, “Siapa di antara kamu yang berpuasa pada hari ini?” Abu Bakar menjawab, “Saya.” Lalu Rasulullah saw. bertanya lagi, “Siapa di antara kamu yang hari ini menjenguk orang sakit?” Abu Bakar menjawab, “Saya.” Lalu Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah amal-amal itu menyatu dalam diri seseorang malainkan dia akan masuk syurga.” (Muslim)
Begitulah seorang mukmin yang Shaddiq (sejati), begitu bersemangat menggunakan setiap kesempatan untuk memperbanyak amal soleh. Mereka berlumba-lumba untuk mendapatkan syurga. “Berlumba-lumbalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabb-mu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi.” (Al-Hadid: 21)
Begitulah mereka. Sehingga keadaan mereka seperti yang digambarkan Allah swt., “Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam, dan pada akhir-akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah). Dan, pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian. “(Adz-Dzariyat: 17-19)
Banyak beramal soleh, akan menguatkan iman kita. Jika kita berterusan dengan amal-amal soleh, Allah akan mencintai kita. Dalam sebuah hadis qudsy, Rasulullah saw. menerangkan bahawa Allah berfirman, “Hamba-Ku sentiasa bertaqarrub kepada-Ku dengan mengerjakan nafilah sehingga Aku mencintainya.” (Shahih Bukhari no. 6137)
6. Lakukan berbagai macam ibadah
Ibadah mempunyai banyak ragamnya. Ada ibadah fizikal seperti puasa, ibadah bahan seperti zakat, ibadah lisan seperti doa dan zikir. Ada juga ibadah yang yang menggabungkan semuanya seperti haji. Semua ragam ibadah itu sangat bermanfaat untuk menyembuhkan lemah iman kita.
Puasa membuat kita khusyu ‘dan mempertebal rasa muraqabatullah (merasa diawasi Allah). Solat rawatib dapat menyempurnakan amal-amal wajib kita kurang sempurna kualitinya. Berinfak mengikis sifat bakhil dan penyakit hubbud-dunya. Tahajjud menambah kekuatan.
Banyak melakukan berbagai macam ibadah bukan hanya membuat baju iman kita makin baru dan cemerlang, tapi juga menyediakan bagi kita begitu banyak pintu untuk masuk syurga. Rasulullah saw. bersabda, “Sesiapa yang menafkahi dua istri di jalan Allah, maka dia akan dipanggil dari pintu-pintu syurga: ‘Wahai hamba Allah, ini adalah baik.’ Lalu sesiapa yang menjadi orang yang banyak mendirikan solat, maka dia dipanggil dari pintu solat. Barangsiapa menjadi orang yang banyak berjihad, maka dia dipanggil dari pintu jihad. Barangsiapa menjadi orang yang banyak melakukan puasa, maka dia dipanggil dari pintu ar-rayyan. Barangsiapa menjadi orang yang banyak mengeluarkan sedekah, maka dia dipanggil dari pintu sedekah. “(Bukhari no. 1798)
7. Hadirkan perasaan takut mati dalam keadaan su’ul khatimah
Rasa takut su’ul khatimah akan mendorong kita untuk taat dan senantiasa menjaga iman kita. Penyebab su’ul khatimah adalah lemahnya iman menenggelamkan diri kita ke dalam jurang kedurhakaan. Sehingga, ketika nyawa kita dicabut oleh malaikat Izrail, lidah kita tidak mampu mengucapkan kalimat laa ilaha illallah di hembusan nafas terakhir.
8. Perbanyakkan ingat mati
Rasulullah saw. bersabda, “Dulu aku melarangmu menziarahi kubur, ketahuilah sekarang ziarahilah kubur kerana hal itu boleh melunakan hati, membuat mata menangism mengingatkan hari akhirat, dan janganlah kamu mengucapkan kata-kata yang kotor.” (Shahihul Jami ‘no. 4584)
Rasulullah saw. juga bersabda, “Banyak-banyaklah mengingati penebas kelazatan-kelazatan, iaitu kematian.” (Tirmidzi no. 230)
Mengingat-ingat mati boleh mendorong kita untuk mengelakkan diri dari berbuat durhaka kepada Allah dan dapat melunakkan hati kita yang keras. Kerana itu Rasulullah menganjurkan kepada kita, “Kunjungilah orang sakit dan iringilah jenazah, niscaya akan mengingatkanmu terhadap hari akhirat.” (Shahihul Jami ‘no. 4109)
Melihat orang sakit yang sedang sakaratul maut sangat memberi bekas. Saat berziarah kubur, bayangkan kondisi keadaan orang yang sudah mati. Tubuhnya rosak membusuk. Ulat memakan daging, isi perut, lidah, dan wajah. Tulang-tulang hancur.
Bayangan seperti itu jika membekas di dalam hati, akan membuat kita menyegerakan taubat, membuat hati kita puas dengan apa yang kita miliki, dan tambah rajin beribadah.
9. Mengingati dahsyatnya keadaan di hari akhirat
Ada beberapa surat yang menceritakan kedahsyatan hari kiamat. Misalnya, surah Qaf, Al-Waqi’ah, Al-Qiyamah, Al-Mursalat, An-Naba, Al-Muththaffifin, dan At-Takwir. Begitu juga hadis-hadis Rasulullah saw.
Dengan membacanya, mata hati kita akan terbuka. Seakan-akan kita menyaksikan semua itu dan hadir di pemandangan yang dahsyat itu. Semua pengetahuan kita tentang kejadian hari kiamat, hari kebangkitan, berkumpul di mahsyar, tentang syafa’at Rasulullah saw., Hisab, pahala, qisas, timbangan, jembatan, tempat tinggal yang kekal di syurga atau neraka; semua itu menambah tebal iman kita.
10. Berinteraksi dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan fenomena alam
Aisyah pernah berkata, “Wahai Rasulullah, aku melihat orang-orang jika mereka melihat awan, maka mereka gembira kerana berharap turun hujan. Namun aku melihat engkau jika engkau melihat awan, aku tahu ketidaksukaan di wajahmu. “Rasulullah saw. menjawab, “Wahai Aisyah, aku tidak merasa aman jika di situ ada azab. Sebab ada suatu kaum yang pernah diazab kerana angin, dan ada suatu kaum yang melihat azab sambil berkata, ‘Ini adalah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami’. “(Muslim no. 899)
Begitulah Rasulullah saw. berinteraksi dengan fenomena alam. Bahkan, jika melihat gerhana, terlihat raut takut di wajah beliau. Kata Abu Musa, “Matahari pernah gerhana, lalu Rasulullah saw. berdiri dalam keadaan ketakutan. Beliau takut kerana gerhana itu merupakan tanda kiamat. ”
11. Berdzikirlah yang banyak
Melalaikan dzikirulah adalah kematian hati. Tubuh kita adalah kubur sebelum kita terbujur di kubur. Ruh kita terpenjara. Tidak boleh kembali. Kerana itu, orang yang ingin mengubati imannya yang lemah, harus memperbanyak dzikirullah. “Dan ingatlah Rabb-mu jika kamu lupa.” (Al-Kahfi: 24) “Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah lha hati menjadi tenteram.” (Ar-Rad: 28)
Ibnu Qayim berkata, “Di dalam hati terdapat kekerasan yang tidak boleh mencair kecuali dengan dzikrullah. Maka seseorang harus mengobati kekerasan hatinya dengan dzikrullah. ”
12. Perbanyaklah munajat kepada Allah dan pasrah kepada-Nya
Seseorang selagi banyak pasrah dan tunduk, niscaya akan lebih dekat dengan Allah. Sabda Rasulullah saw., “Saat seseorang paling dekat dengan Rabb-nya ialah ketika ia dalam keadaan sujud, maka perbanyaklah doa.” (Muslim no. 428)
Seseorang selagi mau bermunajat kepada Allah dengan ucapan yang mencerminkan ketundukan dan kepasrahan, tentu imannya semakin kuat di hatinya. Semakin menampakkan kehinaan dan kerendahan diri kepada Allah, semakin kuat iman kita. Semakin banyak berharap dan meminta kepada Allah, semakin kuat iman kita kepada Allah swt.
13. Tinggalkan angan-angan yang muluk-muluk
Ini penting untuk meningkatkan iman. Sebab, hakikat dunia hanya sesaat saja. Banyak berangan-angan hanyalah memenjara diri dan memupuk perasaan hubbud-dunya. Padahal, hidup di dunia hanyalah sesaat saja.
Allah swt. berfirman, “Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun, kemudian datang kepada mereka azab yang telah dijanjikan kepada mereka, nescaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya.” (Asy-Syu’ara: 205-207 )
“Seakan-akan mereka tidak pernah diam (di dunia) hanya sesaat saja pada siang hari.” (Yunus: 45)
14. Memikirkan kehinaan dunia
Hati seseorang bergantung kepada kandungan kepalanya. Apa yang difikirkannya, itulah orientasi hidupnya. Jika di benaknya dunia adalah segala-galanya, maka hidupnya akan diarahkan untuk memperolehnya. Cinta dunia sebangun dengan takut mati. Dan kata Allah swt., “Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (Ali Imran)
Kerana itu fikirkanlah bawa dunia itu hina. Kata Rasulullah saw., “Sesungguhnya makanan anak keturunan Adam itu boleh dijadikan perumpamaan bagi dunia. Maka lihatlah apa yang keluar dari diri anak keturunan Adam, dan sesungguhnya rempah-rempah serta lemaknya sudah bisa diketahui akan menjadi apakah ia. “(Thabrani)
Dengan memikirkan bahawa dunia hanya seperti itu, fikiran kita akan mencari orientasi ke hal yang lebih tinggi: surga dan segala kenikmatan yang ada di dalamnya.
15. Mengagungkan hal-hal yang terhormat di sisi Allah
“Sesiapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu dari ketakwaan hati.” (Al-Hajj: 32)
“Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah, maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhan-nya.” (Al-Hajj: 30)
Hurumatullah adalah hak-hak Allah yang ada di diri manusia, tempat, atau waktu tertentu. Yang termasuk hurumatullah, misalnya, lelaki pilihan Muhammad bin Abdullah, Rasulullah saw.; Tempat-tempat suci (Masjid Haram, Masjid Nabawi, Al-Aqha), dan masa-masa yang tertentu seperti bulan-bulan haram.
Yang juga termasuk hurumatullah adalah tidak menyepelekan dosa-dosa kecil. Sebab, banyak manusia binasa karena mereka menganggap ringan dosa-dosa kecil. Kata Rasulullah saw., “Jauhilah dosa-dosa kecil, kerana dosa-dosa kecil itu boleh berhimpun pada diri seseornag hingga ia boleh membinasakan dirinya.”
16. Menguatkan sikap al-wala ‘wal-bara’
Al-wala ‘adalah saling tolong menolong dan pemberian loyalitas kepada sesama muslim. Sedangkan wal-bara adalah berlepas diri dan rasa memusuhi kekafiran. Jika terbalik, kita benci kepada muslim dan amat bergantung pada musuh-musuh Allah, tentu keadaan ini petanda iman kita sangat lemah.
Memurnikan kesetiaan hanya kepada Alah, Rasul, dan orang-orang yang beriman adalah perkara yang boleh menghidupkan iman di dalam hati kita.
17. Bersikap tawadhu
Rasulullah saw. bersabda, “Merendahkan diri termasuk bagian dari iman.” (Ibnu Majah no. 4118)
Rasulullah juga berkata, “Barangsiapa menanggalkan pakaian karena merendahkan diri kepada Allah padahal dia mampu mengenakannya, maka Allah akan memanggilnya pada hati kiamat bersama para pemimpin makhluk, sehingga dia diberi kebebasan memilih di antara pakaian-pakaian iman mana yang dikehendaki untuk dikenakannya.” (Tirmidzi no. 2481)
Maka tak hairan jika baju yang dikenakan Abdurrahman bin Auf-sahabat yang kaya-tidak berbeza dengan yang dikenakan para budak yang dimilikinya.
18. Perbanyak amalan hati
Hati akan hidup jika ada rasa mencintai Allah, takut kepada-Nya, berharap bertemu dengan-Nya, berbaik sangka dan redha dengan semua takdir yang ditetapkan-Nya. Hati juga akan penuh dengan iman jika diisi dengan perasaan syukur dan taubat kepada-Nya. Amalan-amalan hati seperti itu akan menghadirkan rasa khusyuk, zuhud, wara ‘, dan mawas diri. Inilah halawatul iman (manisnya iman)
19. Sering menghisab diri
Allah berfirman, “Wahai orang-ornag yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).” (Al-Hasyr: 18)
Umar bin Khattab r.a. berwasiat, “Hisablah dirimu sekalian sebelum kamu dihisab.” Selagi waktu kita masih longgar, hitung-hitunglah bekal kita untuk hari akhirat. Apakah sudah cukup untuk mendapat keampunan dan syurga dari Allah swt.? Sungguh ini cara yang berkesan untuk memperbaharui iman yang ada di dalam diri kita.
20. Berdoa kepada Allah agar diberi ketetapan iman
Perbanyaklah doa. Sebab, doa adalah kekuatan yang luar biasa yang dimiliki seorang hamba. Rasulullah saw. berwasiat, “Iman itu dijadikan di dalam diri salah seorang di antara kamu bagaikan pakaian yang dijadikan, maka memohonlah kepada Allah agar Dia memperbaharui iman di dalam hati.”
Ya Allah, perbaharuilah iman yang ada di dalam dada kami. Tetapkanlah hati kami dalam taat kepadamu. Tidak ada daya dan upaya kami kecuali dengan pertolonganMu.

Punca Penghalang Doa Dari Di Terima Allah




Doa adalah talian hayat dalam kehidupan seorang insan bernama hamba dengan Allah SWT. – Gambar hiasan
ANTARA sifat seorang Mukmin sejati ialah sentiasa memohon dan meminta kepada Allah SWT dengan penuh pengharapan dan bersungguh-sungguh. Doa adalah talian hayat dalam kehidupan seorang insan bernama hamba dengan Allah yang Maha Berkuasa.
Apabila seseorang hamba itu berdoa, dia akan merasakan Allah SWT sentiasa dekat dengannya, mengawal dan memerhatikan segala tindakannya tanpa henti. Apabila seseorang hamba itu berdoa, dia perlu yakin dan percaya bahawa doanya itu akan diperkenankan oleh Allah SWT.
Keyakinan ini berasaskan kepada firman Allah SWT yang bermaksud: Berdoalah kepada-Ku, nescaya akan Ku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri daripada menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina. (al-Mukmin: 60)
Namun begitu, kita perlu berwaspada agar doa yang kita panjatkan kepada Allah SWT terhalang daripada dimakbulkan. Ini adalah kerana, terdapat daripada kalangan orang beriman yang bukan sahaja tidak dimakbulkan, bahkan langsung tidak dipedulikan oleh Allah SWT. Antaranya ialah;
1) Menggunakan harta haram
Seseorang yang memperoleh pendapatan yang haram. Lalu menggunakannya untuk makan dan minum, membeli pakaian, rumah dan kenderaan. Ia akan menyebabkan doa yang dipanjatkan kepada Allah SWT terhijab dan tidak diterima.
Ini berdasarkan sebuah hadis yang bermaksud: …Seorang pemuda yang bermusafir dalam perjalanan yang jauh, hal rambutnya kusut masai, mukanya berdebu di mana dia mengangkat tangan ke langit : Wahai Tuhanku…wahai Tuhanku… sedangkan makanannya haram, minumannya haram dan pakaiannya haram..Dan dia dibesarkan dengan memakan makanan haram maka bagaimana Kami mahu mengabulkan doanya. (riwayat Muslim)
Dalam hadis tersebut Rasulullah SAW telah menggambarkan bagaimana doa seseorang itu boleh ditolak disebabkan harta yang haram.
Walaupun dia telah menepati ciri-ciri doa yang makbul seperti bermusafir, tawaduk dan bersungguh-sungguh.
Namun, tetap juga ditolak kerana tidak mempedulikan persoalan hartanya, sama ada daripada sumber yang halal atau yang haram.
Oleh itu, kita perlu berhati-hati dalam menentukan sumber pendapatan yang kita peroleh, sama ada haram secara zat (haram lizatihi) atau haram kerana sebab-sebab yang lain (haram lighairihi).
Haram lizatihi boleh terjadi apabila kita terlibat dalam kegiatan haram yang telah terkandung dalam al-Quran dan hadis secara langsung seperti; perniagaan minuman keras, perjudian dan maksiat. Manakala haram lighairihi pula yang melibatkan keharaman secara tidak langsung seperti riba, gharar dan sebagainya.
2) Gelojoh dan terburu-buru
Antara golongan yang ditolak doanya ialah mereka yang gelojoh dan terburu-buru ketika berdoa.
Sabda Nabi SAW yang bermaksud: Dikabulkan doa seseorang daripada kalian selama ia tidak buru-buru, (di mana) ia berkata: Aku sudah berdoa namun belum dikabulkan doaku. (diriwayatkan oleh Al-Bukhari)
Yang dimaksudkan dengan demikian ialah mereka yang apabila berdoa, dia seolah-olah mendesak dan memaksa Allah SWT supaya memakbulkan doanya secepat mungkin. Justeru, dalam kita berdoa, kena banyakkan bersabar dan bersangka baik kepada Allah SWT.
Mungkin doa kita sudah dimakbulkan, tetapi menunggu masa untuk dijadikan sebagai realiti. Semuanya mengikut keputusan dan perancangan Allah dan ia adalah yang terbaik.
Lihatlah bagaimana Nabi Musa dan Nabi Harun as. berdoa tentang kekejaman Firaun. Doa mereka berdua dimakbulkan oleh Allah SWT. Namun, kerajaan Firaun tidak tumbang dalam masa sehari dua, bahkan memakan masa puluhan tahun selepas itu.
Demikian juga Nabi Yaakub as. yang tidak putus-putus berdoa kepada Allah SWT supaya dikembalikan anak Baginda iaitu Nabi Yusuf as. Doanya dimakbulkan, namun selepas puluhan tahun baru Baginda bertemu semula dengan Nabi Yusuf as.
3) Tidak bersungguh-sungguh dalam berdoa
Sebagaimana sekiranya kita meminta daripada manusia, kita juga perlu bersungguh-sungguh ketika berdoa dan memohon daripada Allah SWT. Tidak boleh berdoa secara sambil lewa atau acuh tak acuh seperti melepaskan batuk di tangga.
Sabda Nabi SAW: Apabila seseorang daripada kamu berdoa dan memohon kepada Allah SWT, janganlah dia mengucapkan: “Ya Allah, ampunilah dosaku jika Engkau kehendaki, sayangilah aku jika Engkau kehendaki, dan berilah rezeki jika engkau kehendaki”. Akan tetapi, dia harus bersungguh-sungguh dalam berdoa. Sesungguhnya Allah berbuat menurut apa yang Dia kehendaki dan tidak ada yang memaksa-Nya. (diriwayatkan oleh Al-Bukhari)
4) Lalai dan tidak khusyuk
Kita perlu fokus dan betul-betul memberikan perhatian dengan penuh pengharapan. Setiap lafaz perkataan yang diungkapkan daripada mulut perlu keluar daripada hati yang tulus ikhlas. Ini menuntut supaya kita memahami isi kandungan doa yang dikemukakan.
Sabda Nabi SAW: “Berdoalah kepada Allah SWT dan kamu yakin akan dikabulkan. Ketahuilah bahawa Allah tidak akan mengkabulkan doa orang yang hatinya lalai dan tidak khusyuk.” (diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Al-Hakim).
5) Meninggalkan amar makruf dan nahi mungkar
Allah SWT telah menjadikan amar makruf dan nahi mungkar sebagai satu syarat untuk kita menjadi umat yang terbaik. Firman Allah SWT yang bermaksud: Kamu (wahai umat Muhammad) adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan bagi (faedah) umat manusia, (kerana) kamu menyuruh berbuat segala perkara yang baik dan melarang daripada segala perkara yang salah (buruk dan keji) serta kamu pula beriman kepada Allah (dengan sebenar-benar iman). (ali-Imran: 110)
Apabila kita meninggalkan kewajipan ini, maka akan berleluasalah maksiat dan penderhakaan di atas muka bumi. Apabila kita hanya melihat sahaja ma ksiat yang berlaku tanpa mengambil tindakan untuk membanterasnya, maka pada ketika itulah Allah SWT akan menurunkan bala dan tidak akan memakbulkan doa kita.
Nabi SAW bersabda: “Demi Zat yang jiwaku di tangan-Nya, hendaklah kalian menyuruh yang makruf dan mencegah kemungkaran atau (kalau tidak kalian lakukan) maka pasti Allah akan menurunkan seksaan kepada kalian, hingga kalian berdoa kepada-Nya, tetapi tidak dikabulkan.” (diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Ahmad)

Apabila Sangkakala Ditiup


✐ Selepas Malaikat Israfil meniup sangkakala (bentuknya seperti tanduk besar) yang memekakkan telinga, seluruh makhluk mati kecuali Izrail & beberapa malaikat yang lain. Selepas itu, Izrail pun mencabut nyawa malaikat yang tinggal dan akhirnya nyawanya sendiri.
✐ Selepas semua makhluk mati, Tuhan pun berfirman mafhumnya “Kepunyaan siapakah kerajaan hari ini?” Tiada siapa yang menjawab. Lalu Dia sendiri menjawab dengan keagunganNya “Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.” Ini menunjukkan kebesaran & keagunganNya sebagai Tuhan yg Maha Kuasa lagi Maha Kekal Hidup, tidak mati.
✐ Selepas 40 tahun, Malaikat Israfil a.s. dihidupkan, seterusnya meniup sangkakala untuk kali ke-2, lantas seluruh makhluk hidup semula di atas bumi putih, berupa padang Mahsyar (umpama padang Arafah) yang rata tidak berbukit atau bulat seperti bumi.
✐ Sekelian manusia hidup melalui benih anak Adam yg disebut “Ajbuz Zanbi” yang berada di hujung tulang belakang mereka. Hiduplah manusia umpama anak pokok yang kembang membesar dari biji benih.
✐ Semua manusia dan jin dibangkitkan dalam keadaan telanjang dan hina. Mereka tidak rasa malu kerana pada ketika itu hati mereka sangat takut dan bimbang tentang nasib & masa depan yang akan mereka hadapi kelak.
✐ Lalu datanglah api yang berterbangan dengan bunyi seperti guruh yang menghalau manusia, jin dan binatang ke tempat perhimpunan besar. Bergeraklah mereka menggunakan tunggangan (bagi yang banyak amal), berjalan kaki (bagi yang kurang amalan) dan berjalan dengan muka (bagi yang banyak dosa). Ketika itu, ibu akan lupakan anak, suami akan lupakan isteri, setiap manusia sibuk memikirkan nasib mereka.
✐ Setelah semua makhluk dikumpulkan, matahari dan bulan dihapuskan cahayanya, lalu mereka tinggal dalam kegelapan tanpa cahaya. Berlakulah huru-hara yang amat dahsyat.
✐ Tiba-tiba langit yang tebal pecah dengan bunyi yang dahsyat, lalu turunlah malaikat sambil bertasbih kepada Allah SWT. Seluruh makhluk terkejut melihat saiz malaikat yang besar dan suaranya yang menakutkan.
✐ Kemudian matahari muncul semula dengan kepanasan yang berganda. Hingga dirasakan seakan-akan matahari berada sejengkal dari atas kepala mereka. Ulama berkata jika matahari naik di bumi seperti keadaannya naik dihari Kiamat nescaya seluruh bumi terbakar, bukit-bukau hancur dan sungai menjadi kering. Lalu mereka rasai kepanasan dan bermandikan peluh sehingga peluh mereka menjadi lautan. Timbul atau tenggelam mereka bergantung pada amalan masing-masing. Keadaan mereka berlanjutan sehingga 1000 tahun.
✐ Terdapat satu telaga kepunyaan Nabi Muhammad SAW bernama Al-Kausar yang mengandungi air yang hanya dapat diminum oleh orang mukmin sahaja. Orang bukan mukmin akan dihalau oleh malaikat yang menjaganya. Jika diminum airnya tidak akan haus selama-lamanya. Kolam ini berbentuk segi empat tepat sebesar satu bulan perjalanan. Bau air kolam ini lebih harum dari kasturi, warnanya lebih putih dari susu dan rasanya lebih sejuk dari embun. Ia mempunyai saluran yang mengalir dari syurga.
✐ Semua makhluk berada bawah cahaya matahari yang terik kecuali 7 golongan yang mendapat teduhan dari Arasy. Mereka ialah:
ⅰ- Pemimpin yang adil.
ⅱ- Orang muda yang taat kepada perintah Allah.
ⅲ- Lelaki yang terikat hatinya dengan masjid.
ⅳ- Dua orang yang bertemu kerana Allah dan berpisah kerana Allah.
ⅴ- Lelaki yang diajak oleh wanita berzina, tetapi dia menolak dengan berkata “Aku takut pada Allah”.
ⅵ- Lelaki yg bersedekah dengan bersembunyi (tidak diketahui orang ramai).
ⅶ- Lelaki yang suka bersendirian mengingati Allah lalu mengalir air matanya kerana takutkan Allah.
✐ Oleh kerana tersangat lama menunggu di padang mahsyar, semua manusia tidak tahu berbuat apa melainkan mereka yang beriman, kemudian mereka terdengar suara “pergilah berjumpa dengan para Nabi”. Maka mereka pun pergi mencari para Nabi. Pertama sekali kumpulan manusia ini berjumpa dengan Nabi Adam tetapi usaha mereka gagal kerana Nabi Adam a.s menyatakan beliau juga ada melakukan kesalahan dengan Allah SWT. Maka kumpulan besar itu kemudiannya berjumpa Nabi Nuh a.s., Nabi Ibrahim a.s., Nabi Musa a.s., Nabi Isa a.s. (semuanya memberikan sebab seperti Nabi Adam a.s.) dan akhirnya mereka berjumpa Rasullullah SAW. Jarak masa antara satu nabi dengan yang lain adalah 1000 tahun perjalanan.
✐ Lalu berdoalah baginda Nabi Muhammad SAW ke hadrat Allah SWT. Lalu diperkenankan doa baginda.
✐ Selepas itu, terdengar bunyi pukulan gendang yang kuat hingga menakutkan hati semua makhluk kerana mereka sangka azab akan turun. Lalu terbelah langit, turunlah arasy Tuhan yang dipikul oleh 8 malaikat yang sangat besar (besarnya sejarak perjalanan 20 ribu tahun) sambil bertasbih dengan suara yang amat kuat sehingga ‘Arasy itu tiba dibumi.
✐ ‘Arasy ialah jisim nurani yang amat besar berbentuk kubah (bumbung bulat) yang mempunyai 4 batang tiang yang sentiasa dipikul oleh 4 malaikat yang besar dan gagah. Dalam bahasa mudah ia seumpama istana yang mempunyai seribu bilik yang menempatkan jutaan malaikat di dalamnya. Ia dilingkungi embun yang menghijab cahayanya yang sangat kuat.
✐ Kursi iaitu jisim nurani yang terletak di hadapan Arasy yang dipikul oleh 4 malaikat yang sangat besar. Saiz kursi lebih kecil dari ‘Arasy umpama cincin ditengah padang . Dalam bahasa mudah ia umpama singgahsana yang terletak dihadapan istana.
✐ Seluruh makhluk pun menundukkan kepala kerana takut. Lalu dimulakan timbangan amal. Ketika itu berterbanganlah kitab amalan masing-masing turun dari bawah Arasy menuju ke leher pemiliknya tanpa silap dan tergantunglah ia sehingga mereka dipanggil untuk dihisab. Kitab amalan ini telah ditulis oleh malaikat Hafazhah / Raqib & ‘Atid / Kiraman Katibin.
✐ Manusia beratur dalam saf mengikut Nabi dan pemimpin masing- masing. Orang kafir & munafik beratur bersama pemimpin mereka yang zalim. Setiap pengikut ada tanda mereka tersendiri untuk dibezakan.
✐ Umat yang pertama kali dihisab adalah umat Nabi Muhammad SAW, dan amalan yang pertama kali dihisab adalah solat. Sedangkan hukum yang pertama kali diputuskan adalah perkara pertumpahan darah.
✐ Apabila tiba giliran seseorang hendak dihisab amalannya, malaikat akan mencabut kitab mereka lalu diserahkan, lalu pemiliknya mengambil dengan tangan kanan bagi orang mukmin dan dengan tangan kiri jika orang bukan mukmin.
✐ Semua makhluk akan dihisab amalan mereka menggunakan satu Neraca Timbangan. Saiznya amat besar, mempunyai satu tiang yang mempunyai lidah dan 2 daun. Daun yang bercahaya untuk menimbang pahala dan yang gelap untuk menimbang dosa.
✐ Acara ini disaksikan oleh Nabi Muhammad SAW dan para imam 4 mazhab untuk menyaksikan pengikut masing-masing dihisab.
✐ Perkara pertama yang diminta ialah Islam. Jika dia bukan Islam, maka seluruh amalan baiknya tidak ditimbang bahkan amalan buruk tetap akan ditimbang.
✐ Ketika dihisab, mulut manusia akan dipateri, tangan akan berkata- kata, kaki akan menjadi saksi. Tiada dolak-dalih dan hujah tipuan. Semua akan di adili oleh Allah Ta’ala dengan Maha Bijaksana.
✐ Setelah amalan ditimbang, mahkamah Mahsyar dibuka kepada orang ramai untuk menuntut hak masing-masing dari makhluk yang sedang dibicara sehinggalah seluruh makhluk berpuas hati dan dibenarkannya menyeberangi titian sirat.
✐ Syafaat Nabi Muhammad SAW di akhirat :
ⅰ- Meringankan penderitaan makhluk di Padang Mahsyar dengan mempercepatkan hisab.
ⅱ- Memasukkan manusia ke dalam syurga tanpa hisab.
ⅲ- Mengeluarkan manusia yang mempunyai iman sebesar zarah dari neraka.
(Semua syafaat ini tertakluk kepada keizinan Allah SWT.)
✐ Para nabi dan rasul serta golongan khawas juga diberikan izin oleh Tuhan untuk memberi syafaat kepada para pengikut mereka. Mereka ini berjumlah 70 000. Setiap seorang dari mereka akan mensyafaatkan 70 000 orang yang lain.
✐ Setelah berjaya dihisab, manusia akan mula berjalan menuju syurga melintasi jambatan sirat. Siratul Mustaqim ialah jambatan (titian) yang terbentang dibawahnya neraka. Lebar jambatan ini adalah seperti sehelai rambut yang dibelah tujuh dan ia lebih tajam dari mata pedang. Bagi orang mukmin ia akan dilebarkan dan dimudahkan menyeberanginya.
✐ Fudhail bin Iyadh berkata perjalanan di Sirat memakan masa 15000 tahun. 5000 tahun menaik, 5000 tahun mendatar dan 5000 tahun menurun. Ada makhluk yang melintasinya seperti kilat, seperti angin, menunggang binatang korban dan berjalan kaki. Ada yang tidak dapat melepasinya disebabkan api neraka sentiasa menarik kaki mereka, lalu mereka jatuh ke dalamnya.
✐ Para malaikat berdiri di kanan dan kiri sirat mengawasi setiap makhluk yang lalu. Setiap 1000 orang yang meniti sirat, hanya seorang sahaja yang Berjaya melepasinya. 999 orang akan terjatuh ke dalam neraka.
Rujukan:
Kitab Aqidatun Najin karangan Syeikh Zainal Abidin Muhammad Al-
Fathani. Pustaka Nasional Singapura 2004.

40 Nasihat Imam Syahid Hasan Albanna Untuk Para Aktivis Islam


1. Hendaklah engkau mempunyai wirid harian dari kitabullah tidak kurang dari satu juz. Usahakan mengkhatamkan Al-Quran dalam masa tidak lebih dari sebulan dan tidak kurang dari tiga hari.

 
2. Hendaklah engkau membaca Al-Quran dengan baik, memerhatikannya dengan teliti dan memikirkan ertinya.
3. Hendaklah engkau mengkaji Sirah Nabi dan sejarah para generasi salaf. Banyak membaca hadis Rasulullah saw, sekurang-kurangnya hafal 40 hadith dalam Al-Arba’in An-Nawawiyah dan juga mengkaji pokok-pokok aqidah dan fiqh.
4.Hendaklah engkau bersegera melakukan check up secara berkala atau berubat, begitu penyakit terasa mengenaimu. Disamping itu perhatikan faktor-faktor penyebab kekuatan dan perlindungan tubuh serta hindarilah faktor-faktor penyebab lemahnya kesihatan.
5. Hendaklah engkau menjauhi sikap berlebih-lebihan dalam mengambil kopi, teh, dan minuman perangsang yang lain. Elakkan sama sekali merokok.
6. Hendaklah engkau perhatikan kebersihan dalam segala hal baik tempat tinggal, pakaian, makanan, minuman, badan dan tempat kerja kerana agama ini dibina di atas dasar kebersihan.
7.Hendaklah engkau jujur dalam berkata dan jangan sekali-kali berdusta.
8.Hendaklah engkau menepati janji, jangan mengingkarinya bagaimana keadaan pun yang engkau hadapi.
9.Hendaklah engkau menjadi seorang yang berani dan tahan ujian. Keberanian yang paling utama adalah terus terang dalam menyatakan kebenaran, ketahanan dalam menyimpan rahsia, berani mengakui kesalahan, adil terhadap diri sendiri dan dapat menguasainya dalam keadaan marah sekalipun.
10. Hendaklah engkau sentiasa bersikap tenang dan serius. Namun janganlah keseriusan itu menghalangimu dari bercanda, senyum dan tawa.
11. Hendaklah engkau memiliki rasa malu yang kuat, berperasaan yang sensitif dan peka oleh kebaikan dan keburukan. Hendaklah engkau juga bersikap rendah diri dengan tanpa menghina diri, tidak bersikap taklid dan tidak terlalu berlunak hati.
12. Hendaklah engkau bersikap adil dan benar dalam memutuskan suatu perkara pada setiap situasi. Jangan kemarahan melalaikanmu dari berbuat kebaikan, jangan permusuhan membuatmu lupa dari pengakuan jasa baik. Berkata benar meskipun itu merugikan orang yang paling dekat denganmu.
13. Hendaklah engkau menjadi pekerja rajin dan terlatih dalam aktiviti-aktiviti sosial. Bahagia jika dapat mempersembahkan bakti kepada orang lain, gemar melawat orang sakit, membantu yang memerlukan, menanggung orang yang lemah dan meringankan derita orang yang terkena musibah.
14. Hendaklah engkau berhati kasih, dermawan, toleran, pemaaf, lemah lembut kepada manusia mahupun binatang, berperilaku baik dalam berhubungan dengan semua orang, menjaga etika-etika sosial Islam, menyayangi yang kecil dan menghormati yang besar, memberi tempat kepada yang lain dalam majlis, tidak memata-matai, tidak mengumpat, tidak mengumpat, meminta izin jika masuk mahupun keluar rumah dan lain-lain.
15. Hendaklah engkau pandai membaca dan menulis, serta memperbanyak membaca akhbar, majalah atau tulisan lain. Bangun perpustakaan khusus, seberapapun ukurannya, konsentrasilah terhadap spesifikasi keilmuan dan keahlianmu jika engkau seorang pakar, dan kuasailah persoalan Islam secara umum yang dengannya dapat membina persepsi yang baik untuk menjadi rujukan bagi pemahaman terhadap tuntutan fikrah.
16. Hendaklah engkau mempunyai usaha ekonomi yang mandiri, betapapun kecil, dan cukupkanlah dengan apa yang ada pada dirimu betapa tingginya kapasiti keilmuan.
17. Janganlah engkau terlalu berharap untuk menjadi pegawai dan jadikanlah dia sebagai sesempit pintu rezeki namun jangan pula engkau tolak jika diberi peluang untuk itu. Jangan engkau melepaskannya melainkan jika ia benar-benar bertentangan dengan tugas dakwahmu.
18. Hendaklah engkau perhatikan tugas-tugasmu secara cermat dan berkualiti.
19. Hendaklah engkau penuhi hakmu dengan baik, penuhi hak-hak orang lain dengan sempurnan dan janganlah menunda-nunda pekerjaan.
20. Hendaklah engkau menjauhkan diri dari judi dengan segala jenis apapun maksud disebaliknya. Jauhi mata pencarian yag haram, betapapun keuntungan besar yang ada di baliknya.
21. Hendaklah engkau menjauhkan diri dari riba dalam setiap aktiviti mu dan sucikan ia sama sekali dari riba.
22. Hendaklah engkau memelihara kekayaan umat Islam secara umum dengan mendorong berkembangnya kilang-kilang dan projek-projek ekonomi Islam. Engkau pun hendaklah menjaga setiap keping mata wang agar tidak jatuh ke tangan orang non-Islam dalam keadaan bagaimanapun. Janganlah makan dan berpakaian kecuali produk negeri Islammu sendiri.
23. Hendaklah engkau mempunyai sumbangan kewangan dalam dakwah, engkau tunaikan kewajipan zakatmu dan jadikan sebahagian dari hartamu itu bagi orang yang meminta dan yang kekurangan, betapa kecil pun penghasilanmu.
24. Hendaklah engkau menyimpan sebahagian dari penghasilanmu untuk persediaan masa-masa sukar, betapa sedikit dan jangan sekali-kali menyusahkan dirimu untuk mengejar kesempurnaan.
25. Hendaklah engkau menghidupkan tradisi Islam dan menghapuskan tradisi asing dalam setiap aspek kehidupanmu. Jagalah sunnah dalam setiap aktiviti tersebut.
26. Hendaklah engkau memboikot kehakiman kehakiman yang tidak Islami, demikian juga penerbitan-penerbitan, organisasi-organisasi, sekolah-sekolah dan segenap institusi yang tidak menyokong fikrahmu secara total.
27. Hendaklah engkau sentiasa merasa diawasi oleh Allah, mengingati akhirat dan bersiap-siap untuk menuju redha Allah dengan tekad yang kuat, serta mendekatkan diri kepada Allah dengan banyak ibadah sunah, memperbanyak zikir (hati dan lisan), dan berusaha m engamalkan doa yang diajarkan pada setiap kesepatan.
28. Hendaklah engkau bersuci dengan baik dan usahakan agar sentiasa dalam keadaan berwuduk (suci) di sebahagian besar waktu anda.
29. Hendaklah engkau melakukan solat dengan baik dan sentiasa tepat waktu dalam menunaikannya. Usahakan untuk sentiasa berjemaah di masjid.
30. Hendaklah engkau berpuasa Ramadhan dan menunaikan haji. Lakukan sekarang juga jika kamu telah mampu.
31. Hendaklah senantiasa menyertai dirimu niat jihad dan cinta mati syahid. Bersiaplah untuk itu pada bila-bila saja peluang untuk itu tiba.
32. Hendaklah engkau sentiasa memperbaharui taubat dan istghfarmu. Berhati-hatilah terhadap dosa kecil, apatah lagi besar. Sediakanlah-untuk dirimu-beberapa saat untuk mengintropeksi diri terhadap apa-apa yang telah dilakukan, yang baik mahupun yang buruk. Perhatikan masa, kerana masa adalah kehidupan itu sendiri. Janganlah engkau pergunakan ia-sedikitpun-tanpa guna dan janganlah engkau ceroboh terhadap hal-hal yang syubhat supaya tidak jatuh ke dalam lembah yang haram.
33. Hendaklah engkau berjuang meningkatkan keupayaan dengan bersungguh-sungguh agar engkau dapat menerima tongkat kepemimpinan. Hendaklah engkau menundukkan pandanganmu, menekan emosimu, dan memotong habis selera-selera rendah dari jiwamu. Bawalah ia hanya untuk menggapai yang halal dan baik serta hijabilah ia dari yang haram dalam keadaan bagaimanapun.
34. Hendaklah engkau jauhi mabuk dan seluruh makanan atau minuman yang memabukkan sejauh-jauhnya.
35. Hendaklah engkau menjauh dari pergaulan dengan orang jahat dan persahabatan dengan orang yang rosak serta jauhilah tempat-tempat maksiat.
36. Hendaklah engkau perangi tempat-tempat yang tidak sepatutnya, jangan sekali-kali mendekatinya, serta jauhi gaya hidup mewah dan bersantai-santai.
37. Hendaklah engkau mengetahui teman pergaulanmu satu persatu dengan pengetahuan yang lengkap dan kenalkanlah dirimu kepada mereka dengan selengkap-lengkapnya. Tunaikanlah hak-hak ukhuwah mereka dengan sepenuhnya hak kasih sayang, penghargaan, pertolongan dan itsar. Hendaklah hadir di majlis mereka, tidak hadir kecuali ada keuzuran atau kecemasan dan pegang teguhlah sikap dalam pergaulanmu dengan mereka.
38. Hendaklah engkau elakkan hubungan dengan organisasi atau jamaah sekiranya hubungan itu tidak membawa maslahat bagi fikrohmu.
39. Hendaklah engkau menyebarkan dakwahmu di mana-mana dan memberi maklumat kepada pemimpin tentang segala keadaan yang melingkupimu. Jangan engkau berbuat sesuatu yang memberi kesan penyertaan kecuali dengan izinnya.
40. Hendaklah engkau sentiasa menjalinkan hubungan baik secara rohani mahupun fizikal dengan Jamaah dan menempatkan dirimu sebagai “tentera yang berada di tangsi yang tengah menanti arahan komander”.

Friday, February 15, 2013

"La Adri" Tanda Berhati-hati?


Dalam karya agung Hujjatul Islam al-Imam Ghazali r.h. ada menyebut dalam bab pertama kitab Ihya Ulumuddin mengenai mereka yang bergelar ulama. Menurut beliau ulama terbahagi kepada dua golongan yakni ulama dunya atau ulama usuukdan ulama al-akhirah.
Ulama dunya adalah ulama yang menggunakan agama demi sedikit kepentingan keduniaan seperti habuan wang ringgit, anugerah dan pangkat. Kebiasaan ulama jenis ini akan mendampingi para penguasa bagi memastikan matlamat mereka tercapai, malah kadang-kala mereka sanggup mengeluarkan fatwa demi membenarkan tindakan penguasa meskipun ianya adalah jelas salah di sisi syarak.
Manakala antara ciri utama para ulama akhirat adalah tidak tergesa-gesa dalam mengeluarkan fatwa. Mereka akan sentiasa berdiri teguh dan sentiasa mencari jalan melepaskan diri daripada memberikan fatwa.
Kata Imam Ghazali,
"Jikalau mereka ditanya mengenai hukum yang benar-benar jelas ada dalam al-Quran dan Sunah, ijmak dan qias maka berfatwalah mereka. Dan apabila ditanya kepada mereka sesuatu yang diragukan, maka mereka akan menjawab, 'La adri (aku tidak tahu)', jika mereka ditanya mengenai sesuatu yang hampir diyakininya, berdasarkan ijtihad dan tekaan mereka, maka mereka akan berhati-hati, mempertahankan diri dan menyerahkan penjawapan kepada orang lain, jika ada kemampuan tersebut pada orang lain." (Ihya Ulumuddin, jidil 1)
Kerana ulama akhirat adalah berhati-hati sifatnya, dalam perbuatan mahupun kelakuan. Pada mereka al-hazmu berhati-hati besar manfaatnya, kerana mereka tahu andai ijtihad itu dilakukan tanpa suatu kajian dan ilmu khusus ia menjadi fatwa ikut-ikutan dan pastinya besar implikasinya kepada diri mereka khususnya masyarakat yang mengambil fatwa mereka sebagai pegangan.
Rasulullah SAW pernah berpesan,
"Ilmu itu ada tiga bahagian: Kitab yang berbicara, Sunah yang berdiri tegak dan la adri (aku tidak tahu)"
(Hadis direkodkan oleh Abu Daud dan Ibnu Majah daripada Abdullah bin Umar, hadis marfu')
Jelas di sini bahawa kemuliaan seorang ulama itu bukan sahaja kepada ketinggian ilmu mereka namun sikap berhati-hati dan tawaduk mereka. Akhlak sebegini mungkin akan mendatangkan telahan yang pelbagai dalam kalangan masyarakat namun mereka sedar bahawa walaupun mereka berilmu pastinya diri mereka juga punya kelemahan.

Para ulama salafus soleh antara ulama yang mempunyai kualiti ilmu, iman dan takwa yang tinggi di sisi Allah taala. Namun mereka jua dalam keadaan tertentu lebih selesa berkata la adri bagi sesuatu hukum dan perkara yang mereka tidak tekuni. Berkata la adri juga antara cara yang lembut bagi menyatakan ketidaktahuan kita.
Asy-Sya'bi berkata,
"La adri adalah setengah daripada ilmu. Sesiapa yang berdiam diri kepada perkara yang tidak diketahuinya kerana Allah taala, maka tidak akan kurang pahalanya berbanding orang yang berkata-kata. Kerana mengaku bodoh adalah perbuatan yang berat bagi seseorang itu."
Begitu juga halnya yang berlaku kepada Abdullah Ibnu Umar saat dirinya ditanya bagi mendapatkan fatwa. Beliau berkata dengan tegas,
"Pergilah kepada ketua kamu yang sudah menerima beban tanggungjawab segala urusan manusia. Maka letakkanlah urusan tersebut kepadanya."
Demikian juga, adalah mustahil bagi seorang manusia biasa sebagaimana tinggi dan alimnya ilmu mereka dapat menjawab semua persoalan yang diusulkan. Sedangkan Rasulullah SAW sendiri apabila ditanya kepada Baginda sesuatu yang tidak atau belum diketahuinya, tanpa segan dan takut maruahnya sebagai pemimpin agung orang Islam tercalar, baginda akan menjawab, "La adri."
Ibnu Mas'ud menerangkan,
"Orang yang memberi fatwa terhadap semua persoalan yang diminta kepada mereka fatwanya adalah gila!" Seterusnya beliau menyambung, "Benteng orang alim itu adalah la adri. Jikalau ia menyalahkan benteng itu, maka sesungguhnya bencana akan menimpa di tempat-tempat mereka berperang."
Justeru, wajarlah kita sebagai orang Islam mengambil iktibar daripada para ulama muktabar salafus soleh dalam urusan harian kita. Janganlah menjerumuskan diri kita ke dalam lembah kehinaan hanya kerana sebuah ego dan takut dianggap orang tidak berilmu.
Setiap persoalan khususnya mengenai agama dan hukam-hakamnya mesti dijawab dengan berhati-hati agar tidak berlaku penambahan atau pengurangan dan jika tidak tahu maka jawab sahaja, "La adri".
Ayuh kita hayati kisah daripada hadis Rasulullah SAW yang bermaksud,
"Tatkala Rasulullah SAW ditanyakan mengenai tempat yang terbaik dan terburuk di bumi, maka Nabi SAW menjawab, 'La adri' sehingga datang Jibril kepada Baginda dan ditanya kepada Jibril. Jibril menjawab, "La adri." Sehingga kemudian Allah taala sendiri yang memberitahu kepada Baginda bahawa tempat yang terbaik adalah masjid, manakala tempat yang terburuk adalah pasar."
(Direkodkan oleh Ahmad, Abu Ya'la, Al-Bazzar dan Al-Hakim daripada Ibnu Umar)
Bayangkan Rasulullah sendiri tanpa memikirkan betapa malu dirinya yang dianggap sebagai seorang utusan Allah yang mendapat wahyu apabila menjawab tidak tahu apabila ditanya. Namun dek kerana dirinya benar-benar tidak tahu, Rasulullah sanggup berkata tidak tahu berbanding mereka-reka seterusnya berbohong demi tidak mahu malu.
Ini adalah sunnah dan teladan kepada kita umatnya, pengajaran yang sangat besar ada di sana yakni kejujuran dan kebenaran adalah lebih penting daripada kesombongan dan maruah diri sendiri.

- iluvislam.com -